Sementara itu, Nuruzzaman seorang staf khusus Menteri Agama bidang Radikalisme dan Intoleransi mengatakan menyambut baik tentang pembubaran Jemaah Islamiyah secara terbuka tersebut.
Tidak lupa, ia juga sangat mengapresiasi pendekatan deradikalisasi yang dilakukan oleh tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.
Ia juga berharap agar pihak Densus 88 khususnya untuk selalu mengawal hingga proses deradikalisasi ini hingga sampai ke akar-akarnya dengan kata lain terhadap simpatisan Jemaah Islamiyah.
"Para petinggi Jemaah Islamiyah sudah menyatakan bersalah dan kembali ke NKRI, dan hal itu patut di apresiasi tidak seperti HTI," ucap Nuruzzaman.
Dia juga meminta, kepada pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dan stakeholder terkait untuk melakukan pendampingan sejumlah pesantren di Indonesia yang selama ini diduga terafiliasi dengan Jemaah Islamiyah.
Sebab, menurutnya pesantren atau lembaga pendidikan Islam yang diduga selama ini terafiliasi dengan Jemaah Islamiyah juga sudah menyatakan sikap menggunakan kurikulum yang dirumuskan oleh negara.
"Hal itulah perlu adanya pendampingan lebih lanjut yang perlu dilakukan oleh Kementerian Agama," ujarnya.
Bagi yang belum mengetahui apa itu Jemaah Islamiyah, simak penjelasannya dibawah ini:
Jemaah Islamiyah alias JI adalah jaringan teroris bawah tanah, yang berbasis di Indonesia dibentuk pada awal tahun 1990an untuk mendirikan negara Islam.
Jemaah Islamiyah tersebar dibeberapa negara Asia tenggara meliputi Thailand selatan, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Filipina selatan.
Pada tahun 1999, para agen yang dilatih di kamp-kamp di Afghanistan dan Filipina selatan memulai aksinya dengan melakukan berbagai serangan.
Keberadaan jaringan ini diketahui pada akhir tahun 2001, setelah pihak berwenang Singapura mengganggu sebuah sel yang berencana menyerang sasaran yang terkait dengan Angkatan Laut AS.
Jemaah Islamiyah juga diklaim ikut bertanggung jawab atas serangkaian pemboman mematikan, yang menargetkan kepentingan Barat di Indonesia dan Filipina pada tahun 2000-2005.
Diantaranya juga termasuk serangan pada tahun 2002 terhadap dua klub malam di Bali yang menewaskan 202 orang, lalu pemboman mobil tahun 2003 di hotel JW Marriott di Jakarta yang menewaskan 12 orang, kemudian pemboman truk Kedutaan Besar Australia pada tahun 2004 yang menewaskan 11 orang, dan bom bunuh diri pada tahun 2005 di tiga tempat usaha di Bali yang menewaskan 22 orang.
Kelompok radikalisme Jemaah Islamiyah sebelumnya, yang dipimpin oleh Noordin Mat Top pada bulan Juli 2009 melakukan serangan bom bunuh diri di dua hotel di Jakarta.
Polisi Indonesia membunuh pembuat bom Jemaah Islamiyah yang paling berpengalaman pada tahun 200 dan menangkap dua pemimpin seniornya pada pertengahan tahun 2007.