OKI NEWS - Dalam rangka memperingati Hari Juang Polri, Polres Ogan Komering Ilir (OKI) menggelar upacara yang dipimpin langsung oleh Kapolres OKI, AKBP Hendrawan Susanto SH SIk.
Upacara tersebut dilaksanakan di halaman Mapolres OKI pada Rabu, 21 Agustus 2024, dengan diikuti oleh seluruh anggota Polres OKI.
Kapolres OKI bertindak sebagai inspektur upacara yang dihadiri oleh para Pejabat Utama (PJU) Polres OKI serta Aparatur Sipil Negara (ASN) Polri.
Dalam sambutannya, Kapolres menjelaskan sejarah singkat penetapan Hari Juang Polri, yang berawal setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
BACA JUGA:Jelang Pilkada 2024, 329 Personel Polres OKI Jalani Latihan Pengamanan TPS
Pada 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menggelar sidang kedua yang membahas pembagian provinsi, pembentukan Komite Nasional Daerah, serta penetapan 12 departemen, termasuk usulan Oto Iskandar Dinata untuk memasukkan kepolisian ke dalam kekuasaan pemerintah Indonesia.
Menindaklanjuti hal tersebut, pada 20 Agustus 1945, Inspektur Polisi Kelas I Muhammad Jasin, Komandan Polisi Istimewa Surabaya, mengadakan rapat dengan beberapa anggota untuk membahas peran polisi pasca-proklamasi.
Hasil dari pertemuan tersebut adalah pernyataan kesetiaan polisi kepada Negara Republik Indonesia melalui penyusunan teks Proklamasi Polisi, yang kemudian dibacakan oleh Inspektur Muhammad Jasin pada apel pagi tanggal 21 Agustus 1945 di halaman Markas Polisi Istimewa Surabaya.
Dalam apel tersebut, Muhammad Jasin memerintahkan anggota polisi untuk melakukan pawai siaga guna menunjukkan kesiapan tempur menghadapi reaksi Jepang serta menempelkan pamflet Proklamasi Polisi.
BACA JUGA:Pengamanan Pilkada Serentak 2024, Polres OKI Terjunkan 753 Personil
BACA JUGA:Kapolres OKI Ungkap 4 Strategi Ampuh Atasi Karhutla di Lahan Gambut
Kapolres OKI menegaskan bahwa peristiwa ini merupakan momentum penting yang memicu semangat anggota polisi dalam mendukung dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Polisi turut melakukan pelucutan senjata di gudang-gudang senjata Jepang, membagikan senjata kepada badan-badan perjuangan, serta mengirimkan sebagian senjata ke wilayah lain untuk mendukung perjuangan.
Mereka juga berperan dalam perlawanan terhadap kedatangan Sekutu hingga peristiwa 10 November 1945, serta terlibat dalam menghadapi agresi militer Belanda I dan II.