OKI NEWS - Sebanyak 20 pengrajin songket dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mengikuti pelatihan pembuatan motif songket khas daerah, yaitu Bidak Cukit, di Pendopoan Kabupaten OKI, Selasa 1 Juli 2025.
Pelatihan ini dibuka langsung oleh Bupati OKI H. Muchendi Mahzareki bersama Ketua Dekranasda OKI, Hj. Ike Meiliani Muchendi, SE, M.Si.
Pelatihan ini bertujuan melestarikan motif songket Bidak Cukit, salah satu motif tua yang berasal dari wilayah Kecamatan SP Padang, OKI. Motif tersebut diyakini telah berusia hampir satu abad dan dulunya hanya digunakan oleh kalangan tertentu.
“Alhamdulillah, Kabupaten OKI memiliki warisan budaya berupa motif songket Bidak Cukit yang unik dan berusia hampir 100 tahun. Hari ini kita latih para penenun untuk memproduksi kembali motif tersebut agar dapat menjadi identitas khas OKI,” ungkap Ike Meiliani kepada awak media.
BACA JUGA:Hanya 26 Peserta Lulus Seleksi PPPK Tahap 2 OKI dari 1.855 Pelamar
BACA JUGA:Operasi Ring Jantung, Satu Jemaah Haji Asal OKI Masih Dirawat di Arab Saudi
Ike menjelaskan bahwa berbeda dengan songket Palembang yang didominasi benang emas, Bidak Cukit tampil lebih sederhana namun elegan. Motif ini cocok digunakan untuk keperluan formal dan semi-formal, serta mengikuti perkembangan tren fashion modern.
“Songket motif Bidak Cukit tidak terlalu berat dan lebih fleksibel. Warnanya pun kini bisa divariasikan, tidak terbatas pada warna klasik, sehingga cocok dikenakan masyarakat luas, tidak hanya warga OKI,” tambahnya.
Pelatihan ini akan berlangsung selama enam hari, dengan harapan para pengrajin dapat menguasai teknik baru tersebut. Nantinya, hasil tenunan para peserta akan dipamerkan di Kota Palembang pada Agustus mendatang sebagai bentuk promosi dan pelestarian budaya.
Para peserta berasal dari Desa Pematang Buluran dan Pematang Kijang, Kecamatan SP Padang, wilayah penghasil songket yang sudah dikenal lama.
BACA JUGA:Pohon Tumbang Tutup Jalan Protokol Kayuagung, Damkar OKI Gerak Cepat
BACA JUGA:Sertijab Pejabat Utama Polres OKI, Kapolres Sampaikan Pesan Ini
Para pengrajin ini umumnya adalah perempuan, baik remaja putri maupun ibu rumah tangga, yang telah menekuni kerajinan songket secara turun temurun.
Salah satu peserta pelatihan, Nurmala dari Desa Pematang Buluran, mengaku antusias mengikuti pelatihan ini. “Kami sudah biasa membuat songket, tapi motifnya Palembang. Motif Bidak Cukit ini punya ciri khas sendiri dan hampir mirip, tapi lebih ringan,” ujarnya.
Menurut Nurmala, harga songket yang mereka produksi bervariasi, mulai dari Rp1 juta, tergantung jenis bahan yang digunakan. Dengan hadirnya motif baru ini, para pengrajin berharap bisa memperluas pasar dan meningkatkan nilai jual produk mereka.
Dekranasda OKI berharap melalui pelatihan ini, motif Bidak Cukit tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga komoditas ekonomi kreatif yang berdaya saing tinggi di tingkat lokal maupun nasional.