“Dari 3.600 pesantren yang telah mendapat bantuan inkubasi bisnis, kita masih memiliki sekitar 40 ribu pesantren lainnya yang perlu didukung. Harapan kami, program ini dapat terus berkembang dan dilanjutkan agar pesantren lebih dikenal oleh masyarakat luas,” ujar Abu Rokhmad.
BACA JUGA:Pemkab OKI dan BTN Sosialisasikan Program TAPERA untuk PNS
BACA JUGA:BNN RI Sita Aset Senilai 64 Miliar dari 2 Jaringan Narkotika Malaysia dan Aceh-Palembang
Sementara itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, menggarisbawahi pentingnya transaksi ekonomi yang terjadi di expo ini sebagai bukti nyata kemandirian pesantren.
“Pesantren yang mandiri akan mampu mendukung pendidikan dan dakwahnya secara lebih efektif. Tahun depan, kami merencanakan expo yang lebih besar lagi. Tahun ini ada 55 booth, dan kami berharap jumlah tersebut bisa meningkat di masa-masa datang,” tuturnya.
Ketua Forum Ekonomi Pesantren Indonesia (FEPI) menambahkan, expo ini menjadi momentum penting untuk membangun jejaring antarpesantren.
Ia berharap agar pesantren tidak hanya dikenal sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, tetapi juga sebagai pelaku ekonomi yang mampu bersaing.
BACA JUGA:Mantan Pejabat PUPR dan Dua Saksi Lain Diperiksa Terkait Dugaan Korupsi Penjualan Aset YBS
BACA JUGA:BNN RI Bongkar TPPU Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh-Palembang, Sita Belasan Ruko Hingga Mobil Mewah
“Dengan kolaborasi yang kuat, pesantren dapat memperluas pasar produknya dan bersaing di tingkat nasional, bahkan internasional,” jelasnya.
Dengan antusiasme yang tinggi dari pesantren dan pengunjung, expo ini menjadi landasan kuat bagi pesantren untuk terus berinovasi dan mengembangkan produk-produk unggulannya.
Kemandirian pesantren bukan lagi sekadar visi, tetapi kini menjadi kekuatan baru dalam membangun ekonomi bangsa.