Petani Sawit di Mesuji Raya Panen Perdana dari Program PSR
Para petani kelapa sawit yang tergabung dalam tiga Koperasi Unit Desa (KUD) di Kecamatan Mesuji Raya Panen perdana dari program replanting Sawit Rakyat (PSR).--
"Tanpa bantuan pemerintah, kami tidak akan mampu menjalankan replanting ini, yang biayanya mencapai 60 juta per hektare," tambahnya.
Salah satu faktor keberhasilan panen ini adalah penerapan teknologi pertanian yang baik, penggunaan bibit unggul, serta standar praktik pertanian yang terjaga.
BACA JUGA:Amankan Libur Nataru 2024/2025, Polres OKI Siapkan 4 Pos Pam dan 1 Pos Yan
Pendampingan dari PT Sampoerna Agro, perusahaan pembina di wilayah ini, turut berkontribusi pada hasil panen yang lebih cepat dan memuaskan.
Salah satu inovasi yang diterapkan oleh petani sawit di wilayah ini adalah penggunaan pupuk organik, yang diproduksi sendiri oleh KUD Bina Sejahtera. H. Azhar, yang juga seorang pensiunan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), menjelaskan bahwa mereka memanfaatkan limbah sawit, tandan kosong, limbah cair, dan kotoran ternak untuk membuat pupuk organik.
"Kami mencampurkan bahan-bahan tersebut dengan QRR dan dolomit, lalu difermentasi selama 7 hari," jelasnya.
Penggunaan pupuk organik ini berhasil mengurangi biaya produksi hingga 50%, yang berdampak langsung pada peningkatan hasil petani. "Pupuk organik ini membantu mengurangi biaya dan meningkatkan hasil," tambah Azhar.
BACA JUGA:Polres OKI Gelar Operasi Nataru 2024/2025, Fokus pada Keamanan dan Kelancaran Lalu Lintas
BACA JUGA:Polres OKI Amankan Tiga Pengedar Narkoba dalam Satu Pekan, Salah Satunya Kedapatan Miliki Senpira
Selain itu, keberadaan perkebunan kelapa sawit juga membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar, termasuk bagi remaja putus sekolah.
Azhar menceritakan bahwa kebun sawit memberikan pekerjaan kepada ratusan orang, mulai dari tukang panen, tukang tanam, supir truk, hingga penjaga kebun.
"Kami bahkan membangun rumah untuk penjaga kebun, dengan fasilitas listrik dan air yang ditanggung oleh KUD, dan gaji 3 juta per bulan," ungkapnya.
Selain dari kebun, masyarakat juga memperoleh penghasilan dari unit pengolahan pupuk milik KUD. "Kami membeli kotoran ternak dari masyarakat dengan harga 10 ribu per karung, dan air leri juga dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk cair," jelas Azhar.
BACA JUGA:Pemerintah OKI Laksanakan Lelang Kedua untuk 115 Objek L3S, Antusiasme Masyarakat Meningkat