Awal Musim Kemarau di Indonesia Diprediksi BMKG Terjadi Pada Bulan Juni Ini, Tidak Berpotensi El Nino

Awal Musim Kemarau di Indonesia Diprediksi BMKG Terjadi Pada Bulan Juni Ini, Tidak Berpotensi El Nino--

"Kalau El Nino kemarin, itu kan terdampak hampir merata di seluruh wilayah Indonesia itu dan durasi keringnya itu juga lebih panjang, bahkan ada wilayah Indonesia itu masih kering sampai bulan Desember," tambahnya.

Menghilangnya El Nino membuat peluang kemunculan lawannya, La Nina semakin menguat dan membuat musim kemarau kali ini berpotensi basah.

"Kita belum menyimpulkan seperti itu (akan terjadi La Nina). Ada kecenderungan La Nina meskipun lemah akan terjadi. Tapi itu bisa meleset karena datanya masih kurang, tapi ada tren ke sana," ujar Dwikorita beberapa waktu lalu.

"Jadi kalau seandainya iya, berarti menjadi basah," tambahnya.

El Nino dan La Nina merupakan bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO). 

Kedua fenomena ini pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur.

Jika indeksnya lebih besar atau sama dengan +0,5, El Nino dinyatakan muncul. Jika kurang dari atau sama dengan -0,5, giliran La Nina bangkit. Di antara angka-angka itu, ENSO statusnya netral.

Suhu permukaan laut (SST) di Pasifik tengah dan timur juga terpantau mendingin sejak Desember 2023, disertai dengan suhu air di bawah permukaan yang jauh lebih dingin dibandingkan rata-rata.

Sekedar informasi tambahan, El Nino dan La Nina adalah fenomena cuaca ekstrem di Samudra Pasifik yang berdampak besar pada iklim global. 

El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tengah meningkat, meningkatkan potensi awan di area tersebut dan mengurangi curah hujan di Indonesia. 

Sementara La Nina terjadi ketika suhu permukaan laut di area yang sama menurun, mengurangi pertumbuhan awan dan dapat menyebabkan curah hujan tinggi di Indonesia.

Ciri-ciri El Nino termasuk lemahnya angin pasat timur dan curah hujan rendah di dekat Indonesia tetapi tinggi di dekat Peru, sementara suhu udara naik. 

Di sisi lain, La Nina ditandai dengan penguatan angin pasat barat, curah hujan tinggi di Indonesia tetapi rendah di dekat Peru, dan penurunan suhu udara.

Kedua fenomena ini muncul setiap 2-7 tahun, berlangsung selama 9-12 bulan, dan La Nina biasanya lebih jarang daripada El Nino. 

Dampaknya terasa luas, mempengaruhi infrastruktur, pertanian, dan energi global. Contohnya, El Nino 2014-2016 menyebabkan kekeringan di Asia dan Kanada, merusak panen, dan berdampak pada lebih dari 60 juta orang menurut FAO.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan