PAGARALAM, OKI NEWS - Permasalahan kelangkaan gas 3 kg bersubsidi di Kota Pagaralam masih belum teratasi. Setiap hari, masyarakat Kota Pagaralam harus berkeliling mencari gas LPG yang seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat miskin.
Masyarakat harus rela antre panjang, bahkan hingga malam dan di bawah hujan, hanya untuk mendapatkan satu tabung gas 3 kilogram. Anehnya, setiap kali truk pengangkut gas 3 kg tiba di pangkalan, antrean masyarakat semakin memanjang.
Sering kali, meskipun sudah mengantre berjam-jam, banyak warga yang tidak kebagian gas melon tersebut, sehingga mereka harus pulang tanpa membawa gas yang merupakan kebutuhan pokok sehari-hari.
Akibat kondisi ini, beberapa warga terpaksa menggunakan kayu bakar untuk memasak di rumah mereka.
BACA JUGA:Kurang Konsentrasi, Minibus Suzuki Carry Futura Tabrak ODGJ
BACA JUGA:Pendaftaran Ditutup! 80 Peserta Ikuti Pelatihan Kerja Gratis BLK Kayuagung
"Kondisi ini sudah kami rasakan sejak sebelum hari raya Idul Fitri kemarin, tetapi sampai sekarang masih saja terjadi. Apakah tidak ada solusi untuk masalah ini dari Pemerintah Kota (Pemkot) Pagaralam?" ujar Ani (40), salah satu ibu rumah tangga di Pagaralam yang sedang antre gas 3 kg.
Sebelumnya, kata Ani, dia tidak perlu antre panjang untuk mendapatkan gas melon tersebut. "Dulu, beli di warung saja sudah bisa dapat, meskipun harganya Rp22.000 sampai Rp23.000 per tabung."
"Harusnya pihak pangkalan dan agen langsung membagi gas ke setiap warung atau pengecer saat gas tiba, jadi kami tidak perlu antre panjang. Namun, saat ini di warung gas tidak ada, dan jika ada, harganya sangat mahal," tambahnya.
Arif (51), warga Pagaralam lainnya, saat ini sudah tidak lagi menggunakan gas 3 kg untuk keperluan memasak di rumahnya. Dia beralih menggunakan kayu bakar dengan tungku dari tanah untuk memasak.
BACA JUGA:Satpol PP Bertindak Tegas: Baliho Cabup-Cawabup yang Melanggar Perda Dicabut!
BACA JUGA:Penyelidikan Sementara: Kapolres Sebut Video Skandal 29 Detik Bukan Dibuat di Ogan Ilir
"Daripada harus antre berjam-jam tanpa jaminan dapat, lebih baik menggunakan kayu bakar saja. Yang penting masih bisa makan dengan sayur hangat. Sepertinya masalah ini tidak akan teratasi karena sudah lama kelangkaan gas seperti ini terjadi tanpa ada penyelesaian dari pemerintah," ungkapnya.