Permintaan tersebut tidak diindahkan oleh sebagian demonstran yang memilih untuk tetap bertahan. Situasi semakin memanas, dan akhirnya polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Sayangnya, tindakan ini justru memperburuk keadaan dengan adanya korban dari kalangan anak-anak yang sedang berada di masjid terdekat untuk mengaji.
Reaksi Publik dan Tuntutan Transparansi
Insiden ini menuai reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk aktivis HAM dan masyarakat umum.
Banyak yang mengecam penggunaan gas air mata dalam situasi yang dianggap tidak sesuai dengan prosedur, terutama ketika melibatkan area yang dekat dengan tempat ibadah dan anak-anak.
Tindakan ini dinilai sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan standar keamanan dalam penanganan massa.
LBH Semarang dan sejumlah organisasi masyarakat sipil lainnya mendesak agar aparat kepolisian bertindak lebih profesional dan mempertimbangkan dampak yang lebih luas dalam setiap tindakan pengamanan.
Mereka juga menuntut adanya transparansi dalam proses penahanan dan pendataan demonstran yang ditangkap. Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pihak kepolisian terkait insiden ini.
Kasus ini menjadi perhatian publik yang lebih luas, tidak hanya di Semarang, tetapi juga di tingkat nasional.
Banyak yang berharap kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak agar lebih bijak dalam menangani aksi massa dan menghindari tindakan yang bisa merugikan masyarakat.
BACA JUGA:Bandar Narkoba di Sungai Menang Ditangkap, Polisi Sita Sabu Senilai Rp100 Juta dan Senjata Api
BACA JUGA:Polisi Bekuk Pencuri Spesialis Sarang Walet di OKI, Istri Jadi Penjual Hasil Curian
Terutama anak-anak yang tidak seharusnya menjadi korban dalam situasi semacam ini.
Dengan semakin memanasnya situasi, diharapkan ada langkah-langkah konkret dari pemerintah dan aparat untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara yang lebih manusiawi dan menghormati hak-hak warga negara.
Demonstrasi memang merupakan hak setiap warga, namun penanganan yang salah bisa berujung pada insiden yang tidak diinginkan seperti yang terjadi di Semarang.
Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menjelaskan bahwa tindakan anarkis yang terus berlanjut memaksa pihak kepolisian untuk mengambil langkah tegas.