Awal Tahun 2025, Harga Karet di OKI Tembus Rp32.330 Per Kg
Awal tahun ini harga karet di OKI kembali naik.--
OKI NEWS - Awal tahun 2025 membawa kabar baik bagi para petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Harga komoditas karet kembali mengalami kenaikan yang signifikan.
Saat ini, harga Kadar Karet Kering (KKK) 100 persen mencapai Rp32.330 per kilogram, mengalami kenaikan sebesar Rp413 per kilogram dibanding sebelumnya.
Kenaikan harga ini tentu menjadi angin segar bagi petani karet yang selama ini menggantungkan penghasilan dari hasil getah karet.
M Zulkarnain SP, Kepala Bidang Penyuluhan, Pengolahan, dan Pemasaran Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI, menyatakan bahwa tren positif harga karet di awal tahun ini sangat dinanti oleh para petani.
BACA JUGA:Upacara Mingguan di Kodim OKI, Kasdim: Bukan Hanya Rutinitas, Tapi Bentuk Nasionalisme
BACA JUGA:Sejumlah Dinas di OKI Menunggak Listrik, Begini Penjelasan PLN Kayuagung
"Kenaikan harga ini jelas menguntungkan masyarakat, terutama petani karet di OKI. Dengan harga yang semakin tinggi, pendapatan mereka pun meningkat," ujar Zulkarnain, Senin 3 Februari 2025.
Menurutnya, Kabupaten OKI memiliki banyak petani karet yang tersebar di berbagai kecamatan. Meskipun sangat jarang petani menjual karet dengan kadar kering 100 persen, harga untuk KKK 50 persen dan 60 persen pun tetap tinggi.
Untuk kategori kadar kering lainnya, harga karet saat ini adalah, KKK 60 persen Rp19.398 per kilogram, KKK 50 persen Rp16.165 per kilogram, KKK 70 persen Rp22.631 per kilogram.
Sebagai perbandingan, pada akhir Januari 2025 lalu, harga karet KKK 100 persen masih berada di angka Rp31.684 per kilogram. Tren kenaikan ini memberikan harapan besar bagi para petani.
BACA JUGA:Sejumlah Dinas di OKI Didatangi Petugas PLN Kayuagung, Beri Peringatan Ini
BACA JUGA:Menjelang Ramadan, Pasangan Pengantin Baru di OKI Laksanakan Tradisi Tat-antatan
Di balik kabar baik kenaikan harga, tantangan bagi petani muncul akibat musim penghujan yang masih berlangsung. Produksi karet mengalami sedikit penurunan karena hujan yang sering turun menghambat proses penyadapan.
"Saat musim hujan, produksi karet menurun karena petani harus menunggu pohon karet kering sebelum bisa disadap. Jika hujan turun di malam hari, penyadapan baru bisa dilakukan siang hari setelah pohon benar-benar kering," jelas Zulkarnain.