Petani Sumringah, Harga Karet di OKI Tembus Rp33.186 per Kilogram

Harga komoditas karet belakangan ini mengalami kenaikan signifikan, menembus angka Rp33.186 per kilogram.--

OKI NEWS - Harga komoditas karet belakangan ini mengalami kenaikan signifikan, menembus angka Rp33.186 per kilogram untuk kadar karet kering 100 persen.

Kenaikan harga ini tentunya membuat para petani karet, khususnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), merasa gembira.

Meskipun kenaikan harga karet terbilang sedikit, tren positif ini terus berlanjut. Pada hari Senin, 17 Februari 2025, harga karet tercatat mencapai Rp33.186 per kilogram.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI, Dedi Kurniawan SSTP MSi, melalui Kepala Bidang Penyuluhan Pengolahan dan Pemasaran, Zulkarnain SP MSi, menyatakan bahwa kenaikan harga karet membawa kebahagiaan bagi petani.

BACA JUGA:Mimpi Jadi Nyata! 3 Weton Ini Hoki Menurut Primbon Jawa, Dapat Rezeki Melimpah Ruah Sepanjang Tahun 2025

BACA JUGA:Kemenag OKI Siapkan Safari Ramadhan dan Kegiatan Keagamaan Selama Bulan Suci

Hal ini karena pendapatan mereka meningkat, mengingat petani di Kabupaten OKI jarang menjual hasil karet dengan kadar 100 persen.

"Karet yang dihasilkan oleh petani umumnya memiliki kadar 60 hingga 70 persen. Namun, dengan harga yang kini lebih tinggi, petani tentu merasa diuntungkan," ungkap Zulkarnain pada Selasa, 18 Februari 2025.

Zulkarnain juga menyampaikan bahwa harga karet dengan kadar 70 persen saat ini berada di angka Rp23.320 per kilogram, sementara karet dengan kadar 60 persen dihargai Rp19.912 per kilogram.

Kenaikan harga karet 100 persen tercatat sebesar Rp848 per kilogram dalam minggu ini.

BACA JUGA:Pemkab OKI Fasilitasi Pemagangan ke Jepang, Ratusan Anak Muda Ikut Seleksi

BACA JUGA:Rumah Warga di Sukadamai Pedamaran OKI Ludes Terbakar, Diduga Akibat Korsleting Listrik

Namun, meskipun harga karet meningkat, produksi karet sedikit menurun karena faktor musim hujan.

"Pada musim hujan, hasil produksi cenderung menurun. Petani kesulitan melakukan penyadapan karena cuaca, dan hasil karet yang didapatkan sering tercampur air, yang menyebabkan kadar karet menjadi kurang optimal," jelas Zulkarnain.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan