Gajah Liar Ancam Permukiman, Pemkab OKI Dorong Percepatan Tanggul

Pembangunan Tanggul 38 Km di Air Sugihan Segera Dimulai untuk mencegah Konflik Gajah Liar.--

OKI NEWS - Pemerintah Kabupaten OKI bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan terus mengupayakan solusi jangka panjang untuk mengatasi konflik antara gajah liar dan masyarakat yang masih terjadi di Kecamatan Air Sugihan.

Bupati OKI, Muchendi Mahzareki, mengapresiasi langkah-langkah penanganan yang telah dilakukan sejauh ini dan menegaskan pentingnya percepatan proses perizinan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk pembangunan tanggul gajah sebagai solusi permanen.

“Pemerintah daerah akan mendorong percepatan AMDAL agar pembangunan tanggul gajah bisa segera direalisasikan. Ini bisa menjadi solusi konkret dalam mengurangi potensi konflik,” ujar Muchendi, Sabtu 24 Mei 2025.

Sementara itu, Kepala BKSDA Sumsel, Teguh Setiawan, menjelaskan bahwa pemerintah telah merancang pembangunan tanggul fisik sepanjang 38 kilometer serta pemasangan pagar kejut sejauh 10 kilometer di jalur-jalur migrasi gajah liar.

BACA JUGA:Jelang Iduladha, Penjualan Hewan Kurban di OKI Anjlok

BACA JUGA:Dua Gajah Masuk Permukiman Warga di Air Sugihan, Rusak Kebun dan Pondok Gabah

“Selain infrastruktur fisik, kami juga mengembangkan pendekatan vegetatif melalui penanaman tanaman yang tidak disukai gajah di sekitar permukiman warga,” jelas Teguh.

Beberapa tanaman tersebut antara lain kakao, kelengkeng, manggis, petai, rambutan, serai wangi, hingga sukun timun.

Ia juga menyebutkan bahwa program pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Desa Mandiri Konflik akan digalakkan agar warga mampu merespons potensi interaksi dengan satwa liar secara mandiri dan berkelanjutan.

Camat Air Sugihan, Ardiles, menambahkan bahwa inisiatif pembangunan tanggul gajah telah lama direncanakan, namun membutuhkan dukungan lintas sektor agar bisa segera terlaksana.

BACA JUGA:Teror Gajah Liar di Kabupaten Muratara, Kebun Warga Rusak Parah

BACA JUGA:Cegah Kepunahan! Gajah Sumatera di Pusat Konservasi Padang Sugihan Dirawat Layaknya Manusia

“Masyarakat sebenarnya bisa diarahkan untuk menanam tanaman yang tidak disukai gajah tapi tetap memiliki nilai ekonomi, sehingga tetap produktif namun aman dari ancaman satwa,” ujarnya.

Sebelumnya, konflik gajah liar di Air Sugihan menyebabkan kerusakan signifikan terhadap kebun pisang, kelapa sawit, padi, dan bahkan rumah warga.

Warga di lima desa—Desa Sukamulya (jalur 23), Srijaya Baru (jalur 25), Banyubiru (jalur 27), Simpang Heran (jalur 29), dan Bukit Batu (jalur 31)—mengaku tidak bisa bekerja dengan tenang dan mengalami gangguan tidur akibat ketakutan terhadap serangan gajah yang kini meluas ke permukiman.

Masyarakat berharap agar upaya yang dilakukan pemerintah segera membuahkan hasil, sehingga gajah liar bisa kembali ke habitat alaminya dan kehidupan warga kembali aman dan produktif.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan