Tantangan Pemadaman Karhutla di OKI, Akses Sulit dan Sumber Air Jauh
Salah satu tantangan terbesar dalam memadamkan kebakaran tersebut adalah akses menuju lokasi kebakaran yang sulit dijangkau.--
OKI NEWS - Musim kemarau yang berkepanjangan telah memicu kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Kebakaran ini mulai terjadi sejak Agustus dan terus berlanjut hingga September 2024, yang merupakan puncak musim kemarau.
Salah satu tantangan terbesar dalam memadamkan kebakaran tersebut adalah akses menuju lokasi kebakaran yang sulit dijangkau, terutama di wilayah lahan gambut, serta jauhnya sumber air yang dibutuhkan untuk pemadaman.
Menurut Edi Satriawan SP, Kepala Manggala Agni Sumatera Daops XVII/OKI, lahan gambut yang terbakar sangat sulit dipadamkan.
BACA JUGA:Polres OKI Gelar Sosialisasi dan Bakti Kesehatan di Desa Pagar Dewa untuk Cegah Karhutla
BACA JUGA:Upaya Pemadaman Karhutla di Kabupaten OKI, Fokus pada Pendinginan Lahan Gambut
"Lahan gambut, jika terbakar, apinya mudah menjalar dan semakin meluas. Akses menuju lokasi kebakaran juga sangat sulit, sehingga penanganan menjadi terkendala," jelas Edi, Sabtu, 7 September 2024.
Edi menjelaskan, kondisi lahan gambut yang kering menyebabkan api mudah merambat dan sulit dipadamkan dalam satu hari.
Meski permukaan lahan sudah tampak padam, api di bawah permukaan tanah sering kali masih membara dan kembali membakar lahan. Proses pemadaman di lahan gambut bisa berlangsung hingga tiga hari atau lebih.
"Sumber air yang tersedia di kanal-kanal juga mulai berkurang, dan jaraknya jauh dari lokasi kebakaran. Ini semakin mempersulit upaya pemadaman," lanjut Edi.
BACA JUGA:Penanganan Karhutla di Muba dan OKI! Hukum Ditegakkan, Upaya Pemadaman Diintensifkan
BACA JUGA:Karhutla di Desa Rambai Pangkalan Lampam OKI, Terkendali Setelah 4 Hari Terbakar
Salah satu solusi yang dilakukan untuk mengatasi kebakaran yang meluas adalah menggunakan metode water bombing melalui helikopter.
Personel Gabungan Berjibaku Memadamkan Karhutla di Desa Simpang Tiga