OKI NEWS - Musim kemarau tahun ini membawa cuaca panas ekstrem yang berdampak signifikan pada budidaya ikan di kerambah.
Akibatnya, banyak ikan peliharaan di dalam kerambah yang mati, mengakibatkan kerugian bagi para pembudidaya ikan.
Dinas Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) memberikan penjelasan terkait masalah ini. Petugas Laboratorium Hama Penyakit Ikan dari Dinas Perikanan OKI, Ahmad Husin Sulaiman, mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem ini menyebabkan kualitas air menjadi buruk.
“Musim kemarau menyebabkan air surut, kekeruhan meningkat, dan suhu tidak stabil, sehingga memicu kematian ikan seperti toman, patin, dan nila yang sangat rentan terhadap perubahan suhu,” jelas Ahmad pada Jumat, 26 Juli 2024.
BACA JUGA:Pj Bupati OKI dan Kejari OKI Bahas Kerjasama Pengelolaan RS Adhyaksa di Teluk Gelam
BACA JUGA:37 Hot Spot di OKI Teridentifikasi, Ini Lokasinya
Ahmad menjelaskan bahwa suhu air yang tidak stabil mempengaruhi kebutuhan oksigen di perairan, yang pada akhirnya membuat ikan dalam kerambah mati.
Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya bersama petugas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) OKI telah beberapa kali melakukan pengecekan kualitas air di sejumlah kerambah.
Pengecekan dilakukan mulai dari Kelurahan Jua-Jua hingga Srigeni, dengan hasil menunjukkan bahwa beberapa parameter kualitas air berada di bawah ambang batas toleransi hidup ikan.
Ahmad menyarankan para pemilik kerambah, terutama di kawasan Kayuagung, untuk lebih memperhatikan kondisi kerambah mereka.
BACA JUGA:Kapolres OKI Dorong Kades di SP Padang Aktif dalam Patroli Pencegahan Karhutla
BACA JUGA:Gelar Pasukan dan Cek Sarpras, Tripika Sungai Menang OKI Siap Hadapi Karhutla
“Ketika air surut, kerambah sebaiknya digeser ke bagian tengah sungai yang memiliki air lebih banyak dan dalam. Ini dapat membantu menjaga stabilitas suhu air dan mencegah ikan mati mendadak,” tambahnya.
Dia juga menyarankan untuk beralih ke budidaya ikan di kolam darat seperti kolam semen, kolam tanah, atau kolam terpal.
Menurutnya, budidaya ikan di sungai memiliki risiko yang tinggi karena kualitas air yang labil dan kondisi yang sering berubah-ubah. “Kadang di pagi hari ikan sehat, tetapi tiba-tiba mati di malam hari,” terangnya.