Banjir Luapan Sungai Masih Melanda Muratara dan Muba, Perekonomian Terganggu

Banjir masih melanda nyaris melumpuhkan perekonomian warga di Kabupaten Muratara dan Muba.--
OKI NEWS - Banjir masih melanda beberapa wilayah di Sumatera Selatan, dengan perekonomian warga di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) terhenti akibat banjir luapan Sungai Rawas yang telah berlangsung selama lebih dari seminggu.
Hingga Jumat, 7 Maret 2025, sekitar pukul 13.00 WIB, warga di Kecamatan Karang Dapo dan Rawas Ilir masih bertahan di rumah mereka, menjaga harta benda, karena banjir yang menggenangi daerah tersebut. Kedalaman air bervariasi, mulai dari satu meter hingga dua meter lebih.
Arif, seorang warga Karang Dapo, menceritakan bahwa banjir sudah terjadi sejak Jumat pekan lalu.
"Banjirnya sudah seminggu, mulai dari Jumat lalu hingga sekarang, berbeda dengan daerah ulu yang lebih dulu terendam. Banjir di sini datang terlambat, karena kiriman dari ulu," jelasnya.
BACA JUGA:Tangis Haru Geri Priadi Pecah Dihadapan Kajari OKU Timur Usai Lepas dari Jeratan Kasus Pencurian
BACA JUGA:Kurang dari 24 Jam, Polres OKI Berhasil Ungkap Kasus Pencurian dengan Kekerasan di Pampangan
Akibat banjir, aktivitas ekonomi warga lumpuh. Mereka tidak bisa berkebun maupun bekerja seperti biasa.
"Banjirnya sangat dalam, ada yang mencapai dua meter lebih. Bahkan di jalan raya, airnya mencapai leher orang dewasa dan hanya bisa dilalui menggunakan perahu, mobil tidak bisa lewat," kata Arif. Meskipun demikian, ia menyebutkan bahwa saat ini banjir mulai surut.
Di sisi lain, Nico, petugas BPBD Desa Mandi Angin, Kecamatan Rawas Ilir, juga melaporkan bahwa banjir di wilayah mereka masih berlangsung dengan kedalaman satu hingga dua meter.
"Jalan-jalan tenggelam, tidak bisa dilalui, harus pakai perahu. Rumah-rumah banyak yang terendam, dari Kecamatan Rupit, Karang Dapo, hingga Rawas Ilir," ungkapnya.
BACA JUGA:Dua Bocah SD di Kayuagung Tewas Tenggelam Saat Mencari Ikan di Sungai Komering
BACA JUGA:AKHIRNYA! Kejaksaan OKI Resmi Tahan Camat Mesuji Makmur Terkait Dugaan Korupsi Anggaran Dispora
Kesulitan warga semakin diperburuk dengan kelangkaan logistik pangan, matinya aliran listrik, hilangnya sinyal komunikasi, dan kelangkaan gas LPG.
"Belanja menjadi sangat sulit karena tidak ada yang menjual sayur, listrik padam, sinyal hilang, bahkan gas LPG langka dan harganya bisa mencapai Rp70.000-100.000 per tabung 3 kg," kata warga setempat.